Pandemi Covid-19 menjadi momok bagi sektor pariwisata. Di saat pandemi melanda Indonesia pada awal Maret 2020, sektor pariwisata mulai kesulitan untuk tetap bertahan. Banyak para industri pariwisata yang harus extra kerja keras agar operasional usahanya tetap berjalan, bahkan ada juga yang harus lepas tangan sehingga usaha pariwisata gulung tikar.
Kondisi itu juga terjadi pada operasional Museum, salah satunya adalah museum Sumpah Pemuda. Museum yang berlokasi di jalan Kramat Raya 106, Jakarta Pusat ini, sepi pengunjung dan terpaksa menghentikan kegiatan yang rutin digelar di museum bersejarah ini.
Kurator Museum Sumpah Pemudah Eko Septian Saputra menceritakan kepada para finalis Putra Putri Pariwisata Nusantara mengenai perjuangan Museum Sumpah Pemudah menghadapi pandemi Covid-19. Hal tersebut disampaikan Eko saat menjadi nara sumber dalam karantina virtual, belum lama ini.
Eko mengakui awal pandemi merupakan kondisi sulit bagi museum Sumpah Pemuda, apalagi sepanjang pandemi banyak kasus Covid-19 yang turun naik sehingga harus mengikuti kebijakan yang diambil Pemerintah. Namun, karena tekad yang kuat dilakukan promosi dengan gencar melalui media sosial.untuk tetap menjadikan museum Sumpah Pemuda sebagai wisata sejarah di Ibukota.
“Saya sebagai kurator hadir dan kita lebih aktif di media sosial, karena kan kita tidak bisa bertemu langsung, jadi mau ga mau harus daring. Jadi lewat tatap muka jarak jauh ini lah sebagai sarana kita untuk tetap mempromosikan dan mensosialisasikan nilai-nilai sejarah Sumpah Pemuda,” kata Eko.
Menurut Eko saat ini, museum Sumpah Pemuda sudah menggelar banyak kegiatan yang dapat menjadi daya tarik masyarakat untuk datang, salah satu program akhir pekan di Museum.
“Museum Sumpah Pemuda dalam waktu dekat akan mengadakan program yang diberi nama akhir pekan di Museum jadi kita di sini akan kering apa ya tampil di akhir pekan ini mengajak anak-anak untuk kumpul-kumpul di akhir pekan untuk membicarakan banyak di situ kebangsaan ambil di dirinya dari ngana ada tampilan penampilan dari musisi seniman ini memang untuk meramaikan akhir pekan jadinya,” ujar Eko.
Eko berharap para finalis Putra Putri Pariwisata Nusantara 2022 dapat membantu mempromosikan museum Sumpah Pemuda kepada masyarakat. Tak hanya itu, Eko juga mengajak para finalis untuk menyukai wisata sejarah ke museum agar dapat memperkuat pengetahuan tentang sejarah serta menjadikan museum bukan sebagai tempat yang menakutkan melainkan sebagai tempat yang mengasyikan bagi semua orang.
Pada kesempatan ini Eko juga menceritakan tentang sejarah museum Sumpah Pemuda. Pada tahun 1928 Gedung Kramat 106 dijadikan salah satu tempat penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua pada tanggal 27-28 Oktober 1928. Gedung ini dijadikan sebagai pusat pergerakan mahasiswa sampai tahun 1934.
Sejak tahun 1934-1970 Gedung Kramat 106 mengalami beberapa kali alih fungsi, antara lain sebagai rumah tinggal, toko bunga, hotel, dan perkantoran. Gedung yang sangat penting artinya bagi bangsa Indonesia ini kemudian dijadikan museum oleh Pemerintah DKI Jakarta dengan nama Gedung Sumpah Pemuda pada tahun 1973, kemudian diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1974. Pada 16 Agustus 1979, pengelolaan Gedung Sumpah Pemuda diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dengan dikeluarkannya SK Mendikbud No. 029/O/1983, tanggal 7 Februari 1983, Gedung Sumpah Pemuda dijadikan UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan dengan nama Museum Sumpah Pemuda. (Sigit P – Eljohnnews )