Pertanyaannya; “mengapa masih ada orang yang hingga kini membuat perusahaan?”. Apalagi ada hasil penelitian yang menyebutkan bahwa 96% dari perusahaan baru tidak pernah merayakan ulang tahun ke-10 mereka. Faktannya, alasan utama mengapa seseorang meninggalkan pekerjaan, keluar dari kenyamanan, kemudian membangun bisnisnya sendiri, semata-mata bukan karena keuntungan financial. Kebebasan adalah satu alasannya. Kebebasan untuk menjadi bos sendiri, kebebasan untuk membuat keputusan sendiri, dan kebebasan untuk bertanggung jawab atas nasib mereka sendiri.
Mungkin usaha paling umum di Asia Tenggara saat ini adalah perusahaan keluarga, yaitu sebuah bentuk perusahaan yang tumbuh dan melejit pada akhir 1980-an dan 90-an. Saat itu kata resesi tidak pernah ada di kampus wilayah tersebut. PDB terus mengalami pertumbuhan dua digit per tahun, dan perusahaan baru terus berkembang. Rata-rata, pendirinya menjadi jutawan dan anak-anak mereka mewarisi bisnis keluarga yang sukses (walau saat ini anak-anaknya juga menghabiskan itu!). banyak yang melakukan langkah berhasil, bahkan hampir tidak bisa di percaya.
Mereka berhasil menjual beras ke China! Menjual komponen komputer ke Silicon Valley dan menjual outshorching ke India! Namun, dibalik semua keberhasilan tersebut, ternyata ada banyak kegagalan yang hilang kedalam kubur.
Bisnis lain yang umum dilakukan di Asia Tenggara adalah konsultan, terutama sebagai hasil dari krisis keuangan global. Sebagai korban resesi, para pemimpin perusahaan seperti memiliki kesadaran yang berlebihan, yaitu berkonsultasi satu hari untuk sebuah kegiatan satu bulan. Direkam dalam jaringannya, nyatanya mereka berhasil mengamankan beberapa pekerjaan yang sudah dilakukan. “Linkedln”, misalnya, yang mengalami pelonjakan lebih dari 40 juta pengguna di tahun 2009. Ini bentuk konsultan baru, namun hanya sementara. Sebab, dalam waktu dua tahun, ketika pasar pulih, sebagian besar dari anggotanya telah lenyap sebagai pendiri dan kembali ke dunia usaha yang nyata. Bentuk bisnis lainnya adalah perusahaan IT, tapi tidak sebanyak di Asia Tenggara.
“Tinggalkan yang kemarin.”Kenyataannya, sebagian besar bisnis yang bisa merayakan ulang tahun ke-10 masih menjadi perusahaan menengah. “Google” adalah pengucualian. Google menciptakan kekayaan para investornya dalam waktu yang cukup singkat dalam sejarah. Coba ambil waktu sejenak dan periksa kembali keberhasilan yang bisa kita lihat dari sebuah bisnis yang berhasil dan pindah ketahap kedua dari siklus hidup perusahaan.
Sebagai informasi, tahap pertama adalah start-up. Tahap yang focus utamanya adalah upaya membangun kesadaran, membangun pasar, menciptakan basis pelanggan, dan mulai membuat keuntungan, terutama setelah lima tahun. Tahap kedua adalah identifikasi kenyataan tentang keuntungan dan bisnis yang belum berjalan baik. Semua indicator kunci yang terlihat baik, dicoba dilihat. Akhirnya, perusahaan menemukan model keberhasilan, posisi pasar dan pelanggan, dan ingin terus mereplikasi keberhasilannya. Sehingga, dalam tahap kedua ini perusahaan menempatkan system yang di butuhkan, struktur dan standart. Jika sebuah perusahaan tidak berhati-hati, maka perusahaan itu akan masuk ketahap ketiga dari siklus hidup perusahaan. Tahap ketiga ini artinya penurunan dan kematian. Tahap ketiga terjadi karna para pemimpin perusahaan tidak mencoba untuk mengubah bisnisnya cukup cepat.
Hal ini kemudian menimbulkan pertanyaan, apa yang harus di lakukan perusahaan di saat start-up dan menghindari tahap ketiga itu terjadi? Disini, saya hanya ingin menawarkan satu nasihat. Terlalu banyak artikel yang menulis “sepuluh daftar teratas untuk sukses”, jadi saya akan membatasi diri hanya membuat satu judul, “tinggalkan yang kemarin.”
Perusahaan menengah dan perusahaan multinasioanal sama-sama harus menyadari bahwa untuk mengamankan kesuksesan dihari esok, mereka tidak bisa lagi mengandalkan apa yang bekerja di waktu kemarin. Visi yang di gunakan dan direncanakan untuk 10 tahun beberapa tahun lalu, saat ini hanya berlaku lima tahun. Siklus hidup sebuah produk menjadi lebih pendek. Misalnya model mobil yang dulu dirancang untuk masa 12 tahun, kini rata-rata hanya tiga tahun. Bahkan, strateginya sedang di rencanakan hanya untuk dua tahun.
Pemimpin perusahaan harus menyadari, untuk bertahan hidup mereka harus lebih gesit, proaktif, dan lebih keras dibanding masa lalu. Saya katakan sulit, karena tidak mudah untuk meninggalkan apa yang sudah berhasil. Waktu untuk “tinggalkan yang kemarin” berada dalam tahap kedua, yaitu ketika semuannya berjalan dengan baik. Sangat sulit bagi seorang pemimpin untuk berdiri dan mengucapkan kata-kata , “sudah waktunya untuk berubah”.
Mungkin John Kennedy mengatakan dengan baik ketika ia berkata, “waktu untuk memperbaiki atap adalah saat matahari bersinar.” Sukses tidak melahirkan kesuksesan, tetapi kegagalan. Sebuah kesalahan fatal adalah produk kembali ketika semuannya berjalan dengan baik. Bagian dari keberhasilan Singapore Airlines adalah karena moto internal mereka, yaitu “never settle” (“tidak pernah puas”)
Untuk melalui tahap kedua yang kuat dan lebih baik, seorang pemimpin harus mengakui bahwa mereka tidak bisa lagi merencanakan masa depan sebagai perpanjangan dari hari kemarin. Hal tersulit yang harus dilakukan lagi adalah menganggap sesuatu dari hari kemarin hanya bisa bekerja untuk hari kemarin. Kemudian menghancurkan keyakinan, bahwa sesuatu dari hari kemarin bisa bekerja untuk besok. Cobalah pertimbangkan fakta yang terjadi pada 1985, yaitu 35% dari perusahaan S&P dianggap memiliki “risiko tinggi” (risiko yang berbasis pada kemampuan untuk mencapai pertumbuhan jangka panjang laba yang stabil), 24% ada di “risiko rata-rata”, dan 41% risiko yang berbasis pada kemampuan untuk mencapai pertumbuhan jangka panjang laba yang stabil), 24% ada di “risiko rata-rata”, dan 41% “beresiko rendah”. Kemudian, 20 tahun setelahnya 13% diantaranya termasuk “risiko rendah” , 14% “risiko rata-rata”, dan 73% “beresiko tinggi”. Hal tersebut terjadi sebelum krisis global. Karena itu, pergeseran yang cukup sekuler adalah para pemimpin perusahaan saat ini harus terus menantang status yang terjadi saat ini, bekerja dengan model dan keyakinan.
Selain pergeseran sekuler, pertimbangkan juga sekitar empat milyar orang di tiga benua saat ini, mencoba untuk bergabung dengan “ekonomi terorganisir”, yang terdiri dari sekitar 1,5 miliar orang. Perusahaan cerdas menargetkan pasar baru dengan menciptakan produk-produk murah seperti mobil seharga $2000, laptop $100, operasi katarak $30, dan kamar hotel $20. Pertumbuhan ekonomi terorganisir yang tidak tertandingi ini akan menghasilkan banyak perusahaan start-up dan persaingan yang segar. Karena itu, penting pula untuk mempertimbangkan dampak, karena dengan meninggalkan yang kemarin, berarti anda mengembangkan perusahaan. Anda harus sering mengembangkan strategi –strategi baru dibanding sebelumnya dalam catatan sejarah bisnis anda. Jadi, ketika muncul resesi, setiap perusahaan dengan keterampilannya bisa menerapkan strategi keunggulan kompetitif atas kompetisi yang ada. Terlebih lagi, strategi yang lebih baru.(sme)