Seperti pada ungkapan ‘Nenek Moyangku Seorang Pelaut’, menurut peneliti dan ahli sejarah Von Heine Geldern dahulu kala nenek moyang Indonesia datang ke Nusantara hanya dengan bermodalkan perahu bercadik.
Ungkapan tersebut memanglah benar, pasalnya hingga sekarang kapal legendaris tradisional milik bangsa kita masih bertahan di tengah peradaban zaman modern. Saat ini, kapal legendaris tersebut bernama Pinisi.
Dikutip dari berbagai sumber, kapal Pinisi tersebut mulanya dibuat oleh rombongan putra mahkota Kerajaan Luwu.
Ditelusuri lebih dalam, terdapat mitos masyarakat setempat mengenai sejarah keberadaan kapal pinisi. Berdasarkan naskah sastra Sera Babad La Lagaligo yang dibuat oleh putra mahkota kerajaan Luwu, Sawerigading.
Dalam naskah tersebut, terdapat sepenggal kisah yang menjelaskan bahwa sosok Sawerigading berlayar menuju negeri Tiongkok. Tak lain tujuannya untuk merantau dan meminang putri Tiongkong bernama We Cudai.
Awalnya, perjalanan cinta Swerigading berjalan lancar sampai negeri tujuan. Namun ketika hendak pulang untuk kembali ke Luwu, dalam perjalanan rombongannya diterjang kerasnya badai besar yang membuat kapalnya pecah menjadi tiga bagian dan membuat para penumpangnya terdampar di tiga wilayah berbeda (Ara, Tanah Lemo, dan Bira).
Di tiga wilayah tersebut pecahan kapal Sawerigading dirakit kembali menjadi sebuah kapal baru yang menjadi cikal bakal Kapal Pinisi.Oleh sebab itu, tiga wilayah ini kemudian dikenal sebagai tempat kelahiran kapal pinisi.
Pada masanya berdasarkan catatan sejarah, Kapal Pinisi menjadi kekuatan armada laut yang cukup disegani. Meski beberapa kapal masih sesuai dengan fungsinya, di era globalisasi saat ini Kapal Pinisi telah beralih fungsi menjadi kapal pesiar mewah yang dibiayai oleh investor lokal maupun asing.
Keberadaan Kapal Pinisi menjadi daya tarik wisatawan mancanegara, makanya tak heran jika kapal ini dijadikan salah satu armada pariwisata khas Nusantara khususnya Suku Bugis.
Untuk bisa membelinya, satu Kapal Pinisi dihargai mulai dari Rp500 juta hingga Rp1 miliar rupiah tergantung ukuran dan fasilitasnya.
Melihat perkembangan dan potensi yang dimiliki daerah tersebut, kini Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, mendorong untuk menghadirkan wisata Pinisi dan museum Pinisi sebagai salah satu atraksi andalannya.
Seperti yang diketahui, Desa Ara di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan telah berhasil lolos ke tahap 50 Besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021.
Desa Wisata Ara yang berjarak 182 kilometer dari Kota Makassar ini merupakan salah satu desa yang dikenal sebagai sentra pembuatan kapal phinisi di Indonesia, bahkan di seluruh dunia. Kapal phinisi asal Bulukumba sendiri juga sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO pada 2017 silam.
“Sampai saat ini Desa Wisata Ara belum memiliki (wisata phinisi). Jadi itu nanti adalah bentuk kolaborasi yang akan kita pimpin dan akan saya tunjuk agar bisa segera terwujudkan,” kata Sandiaga saat visitasi ke Desa Wisata Ara, Kamis (25/11/2021).
Selain mendorong kehadiran wisata phinisi, Sandiaga juga ingin agar masyarakat Desa Ara, terutama yang berprofesi sebagai perajin kapal phinisi untuk menetap di kampung halamannya.
Mengingat banyak diaspora Desa Ara yang merantau keluar daerah karena keterbatasan bahan baku pembuatan phinisi. Oleh karena itu, pihaknya akan bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian dan Poltekpar Makassar untuk memberikan sertifikasi sebagai upaya meningkatkan kemampuan para perajin dan mempermudah akses memperoleh bahan baku.
“(Sertifikasi) ini digandeng dengan Direktorat SDM Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Agar kompetensi para perajin ini bisa langsung kita hadirkan,” katanya.
Selain itu, Sandiaga mengatakan pihaknya juga akan mendorong pembangunan bandara di Bulukumba ke pihak-pihak terkait sebagai upaya mempermudah aksesibilitas wisatawan berkunjung ke Bulukumba dan destinasi-destinasi wisata di sekitarnya.
“Bandara menurut saya adalah bagian dari interkonektivitas dan ini bandaranya bandara pariwisata yang terkoneksi ke daerah wisata lain,” ujar Sandiaga.
Dalam kesempatan yang sama, Bupati Bulukumba, Andi Muchtar Ali Yusuf, mengapresiasi visitasi Menparekraf Sandiaga ke Desa Wisata Ara. Muchtar mengatakan Bulukumba memiliki keindahan alam yang luar biasa. Termasuk kekayaan terumbu karang dan biota lautnya.